Kamis, 30 Maret 2017

2. CONTOH PERILAKU TAAT

CONTOH PERILAKU TAAT :

1) Di lingkungan keluarga
   (a) Bersikap sopan dan santun dalam lingkungan keluarga.
   (b) Menjaga nama baik dan kehormatan keluarga.
   (c) Menggunakan fasilitas keluarga dengan tertib.
   (d) Menjauhi perilaku buruk yang merugikan diri dan keluarga.
   (e) Mematuhi nasihat orang tua.
2) Di lingkungan sekolah
   (a) Disiplin waktu masuk sekolah, pulang sekolah, upacara, dan menyelesaikan tugas.
   (b) Mengenakan pakaian seragam sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
   (c) Tekun belajar.
   (d) Menjaga kebersihan sekolah.
   (e) Membuang sampah pada tempatnya.
   (f) Berperilaku baik dan sopan, serta tidak merokok.
   (g) Tidak menggelandang sepulang sekolah.
   (h) Mengerjakan pekerjaan rumah.

3.CONTOH SIKAP TAAT

. CONTOH TAAT DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT 


Dengan mematuhi hukum di masyarakat, ternyata bisa menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram bagi setiap warga masyarakat, contoh perilaku taat terhadap hukum


  1. Ikut serta dalam kegiatan di masyarakat, misalnya kerja bakti, siskamling, dll.
  2. Menghormati tetangga sekitar.
  3. Membayar iuran yang telah disepakati.
  4. Tidak atau menghindari perbuatan yang bisa membuat warga resah, misalnya mabuk.
  5. Menjaga nama baik lingkungan masyarakat.
  6. Taat dan patuh terhadap aturan yang ada.
  7. Tidak bertindak diluar norma Agama.
  8. Selalu berusaha menjaga ketertiban, keamanan, dan ketenteraman.

4.PENGERTIAN SHALAT

Salat merupakan salah satu perintah Allah Swt. dan rasul-Nya yang harus kita taati. Menunaikan salat berarti menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya.Taat merupakan salah satu perilaku terpuji yang patut dimiliki oleh muslim. Dalam bab ini kita akan mempelajari beberapa perilaku terpuji dan salah satunya adalah taat. Mari kita simak uraian dalam bab ini.
A.Tawadu
1.Pengertian dan Contoh Tawadu
Tawadu artinya sikap rendah hati. Sikap ini merupakan sikap
seseorang yang tidak ingin menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada pada dirinya. Kebaikan yang dikaruniakan Allah Swt. kepadanya baik berupa harta, kepandaian, kecantikan fisik, dan beragam karunia Allah Swt. lainnya tidak membuat dirinya lupa. Orang yang bersikap tawadu senantiasa ingat bahwa semua yang ada padanya adalah milik Allah Swt. semata. Oleh karena itu, seorang yang tawadu tidak akan menghina orang lain dengan apa pun yang diamanatkan Allah Swt. kepadanya. Cara bicara orang yang tawadu senantiasa lembut dan merendah
sekaligus memiliki rasa percaya diri yang kuat. Ia selalu berusaha berbuat yang terbaik tanpa ingin kebaikannya diketahui orang lain. Ia lebih suka menyampaikan kebaikan orang lain meskipun kebaikannya jauh lebih banyak. Tidak tersinggung apalagi
marah saat orang lain menyampaikan keburukannya kepadanya. Istigfar menghiasi bibirnya jika ada kritikan kepadanya. Bukan sebagai pemanis bibir, melainkan muncul dari hati yang merasa lalai atau tidak berhati-hati sehingga ada salah yang tanpa
sengaja ia lakukan.Sikap di atas berbeda dari rasa rendah diri. Rasa rendah diri berasal dari ketidakmampuan memandang dirinya dan orang lain dengan benar. Ketidakmampuan itu menyebabkan orang yang rendah diri salah menilai
dirinya sebagai tidak baik, tidak mampu, tidak tampan atau cantik, atau tidak pantas. Pada saat yang sama ia menilai orang lain sebagai sangat baik, sangat pandai, lebih tampan atau cantik, dan lebih pantas untuk sesuatu hal. Oleh karena itu, orang yang salah menilai diri cenderung merasa minder, tidak mampu, dan tidak percaya diri. Selain berbeda dengan rendah diri, sikap tawadu merupakan kebalikan dengan sikap sombong. Sikap sombong muncul dari kesalahan menilai diri sebagai lebih baik,
lebih mampu, lebih kaya, atau rasa lebih lainnya. Orang yang sombong merasa bahwa kelebihan yang ada padanya semata merupakan hasil kerja yang ia lakukan. Ia tidak melihat kehadiran Allah Swt. dalam kehidupan- nya. Dengan pandangan seperti itu, wajar jika orang yang sombong senang membandingkan dirinya dengan orang lain. Saat ia melihat orang lain lebih dari dirinya, ia merasa iri dan berbuat dengki. Sebaliknya, saat ia menemukan orang yang ia rasa lebih rendah darinya, ia merasa tinggi
hati dan merendahkan orang lain. Sombong merupakan sikap tercela yang harus kita jauhi. Selain mencela sikap sombong, Allah Swt. juga memberikan anjuran kepada kita untuk bersikap tawadu. Salah satu anjuran Allah Swt. itu terdapat dalam Surah Luqman [31] ayat 19.
Waqsid fi masyyika wagdud min sautik(a), inna ankaral-aswati lasautul hamir(i)..
Artinya: Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S.Lugman [31]: 19)
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lain juga banyak ditemukan perintah untuk merendahkan diri. Kita dianjurkan untuk bertawadu dan menjauhi sikap sombong, meskipun memiliki harta kekayaan, keturunan, atau kedudukan yang tinggi (Husaini A. Majid Hasyim. 2005. Halaman 415).
Contoh perilaku tawadu dapat ditemukan dalam uraian berikut.
Ahmad seorang anak yang cerdas dan senantiasa menjadi juara kelas. Ahmad tidak merasa sombong atau tinggi hati karena kecerdasannya. Ia senantiasa membantu teman-temannya dengan belajar kelompok. Ia merasa bahwa kecerdasannya merupakan karunia Allah Swt. yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Sikap Ahmad dikategorikan sebagai perilaku tawadu. Ia tidak merasa sombong atas karunia kecerdasan. Justru ia merasa bahwa ilmu dan kecerdasannya belum apa-apa dibanding ilmu Allah Swt. Oleh karena itu, ia tidak tinggi hati dan memanfaatkan kecerdasannya untuk membantu teman-temannya.
2.Berperilaku Tawadu dalam Keseharian
Sebagai sikap yang baik, sikap tawadu tentu juga membawa akibat
yang baik. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang artinya, ”Barang siapa bersikap tawadu karena mencari rida Allah Swt. Allah akan meninggikan derajatnya. Ia akan menganggap dirinya tiada berharga namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Sebaliknya, barang siapa menyombongkan diri, Allah akan menghinakan dirinya. Ia menganggap dirinya
terhormat padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina . . . .”
Tawadu merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tawadu akan muncul dengan membiasakan
perilaku-perilaku terpuji. Di antara perilaku terpuji yang dapat
menimbulkan tawadu sebagai berikut.
a.Menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan.
b.Merasa cukup dengan karunia Allah Swt.
c.Menyadari bahwa hanya Allah Swt. yang pantas untuk sombong.
d.Menyadari kelemahan manusia.


B.Taat
1.Pengertian dan Contoh Taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta’at. Kata ini memiliki makna
. mengikuti atau menuruti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan
menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan untuk dihindari.
Contoh perilaku taat dapat ditemukan dalam uraian berikut. Zahra
duduk di kelas VII SMP Bina Mulia. Sebagai seorang muslim, Zahra menunaikan salat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadan, dan puasa sunah. Tidak lupa setiap hari Jumat Zahra memiliki agenda rutin yaitu bersedekah. Zahra melakukannya dengan ikhlas tanpa menginginkan pujian dari teman atau orang
tuanya.
Sikap yang ditunjukkan oleh Zahra termasuk kategori perilaku taat.
Zahra menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Perilaku Zahra
hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menerapkan perilaku taat dalam keseharian? Simaklah uraian berikut untuk mengetahuinya.
2.Berperilaku Taat dalam Keseharian
Memiliki sifat taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, ia akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.
Dalam Islam terdapat tiga tingkatan objek ketaatan. Ketiganya adalah Allah Swt., Rasulullah saw., dan ulil amri. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an
-Surah an-Nisa’ [4] ayat 59.
- - - - -
Ya ayyuhal-lazina amanu ati‘ullaha wa ati‘ur-rasula wa ulil-amri minkum
. .
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul -(Muhammad saw), dan ulil amri di antara kamu . . .
(Q.S. an-Nisa’[4]: 59)
Dalam ayat di atas dengan jelas Allah Swt. memberitahukan tiga objek ketaatan manusia. Islam menuntut untuk ketaatan kepada ketiganya dengan model yang berbeda. Penerapan ketaatan dalam kehidupan dapat dilakukan dengan mengacu pada kandungan ayat di atas.
a.Ketaatan kepada Allah Swt.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi.
Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt. menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah makna keislaman kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara
menunjukkan ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, menunaikan
salat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
b.Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.
Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan
kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini karena apa pun yang
disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. merupakan wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan beliau. Sedikit saja beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan. Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Rasulullah saw. merupakan prioritas yang sama dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt. sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt.
sebagai Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah
hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati
perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya berarti menaati rasulNya. Hal ini karena perintah rasul berarti perintah Allah Swt.
c.Ketaatan kepada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian
ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat pada janji kita kepada teman. Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan. Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas yang guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.Kita juga wajib menghormatinya, misalnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya,
dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.
C.Qanaah
1.Pengertian dan Contoh Qanaah
Qanaah merupakan sikap rela menerima atau merasa cukup dengan apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan seseorang berupa sikap rela menerima keputusan Allah Swt. yang berlaku bagi dirinya. Sikap ini muncul bukan dari sikap pasif menunggu tanpa berbuat yang terbaik. Sikap ini muncul dari keyakinan yang kuat kepada Allah Swt. setelah berusaha sebaik mungkin. Orang yang memiliki sikap qanaah sadar bahwa untuk mencapai suatu keinginan, harus dilakukan dengan usaha. Usaha yang dilakukan
pun bukan sekadar berusaha tanpa perencanaan dan kesungguhan. Ketika hasil dari usaha tersebut belum sesuai dengan keinginan, orang yang qanaah menerimanya dengan ikhlas, rida, dan lapang dada.
Misalnya, ketika menghadapi ulangan kalian telah belajar sungguh-
sungguh dan berdoa serta bertawakal kepada Allah Swt. Akan tetapi, hasil ulangan tersebut tidak sesuai dengan keinginan. Kita harus menerimanya dengan ikhlas. Sikap qanaah terkait erat dengan sikap syukur kepada Allah Swt. Perbedaannya sikap qanaah lebih menekankan rasa rela menerima
ketentuan Allah swt, sementara syukur lebih menekankan rasa terima kasih dan harapan kepada Allah Swt. Kedua sikap ini berjalan beriringan dalam setiap kejadian. Misalnya dalam masalah rezeki. Perbedaan dalam masalah rezeki menuntut setiap orang untuk melatih sikap qanaah dan sekaligus syukur. Bagi mereka yang berlapang rezeki, sikap qanaah ditunjukkan dengan hidup sederhana dan bersyukur dengan cara berbagi karunia Allah Swt. kepada saudara yang masih kekurangan. Bagi mereka yang bersempit rezeki, sikap qanaah muncul dengan rasa rela menerima keadaan yang diberikan Allah Swt. dan bersyukur dengan berusaha lebih keras lagi menyongsong karunia-Nya. Contoh qanaah dapat ditemukan dalam uraian berikut. Arif hendak mengikuti lomba badminton antarsekolah. Oleh karena itu, ia berlatih keras dan tidak lupa memohon keberhasilan usahanya. Sewaktu pertandingan berlangsung Arif berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan. Dia mengeluarkan seluruh kemampuannya, tetapi apa daya dia harus kalah. Kekalahan tersebut diterima dengan lapang dada dan ikhlas.
2.Berperilaku Qanaah dalam Keseharian
Perilaku qanaah harus diteladani kemudian diterapkan dalam
kehidupan. Qanaah merupakan perilaku terpuji yang membawa banyak manfaat bagi kehidupan. Perilaku qanaah dapat diterapkan dengan melakukan hal-hal berikut.
a.Bersyukur terhadap nikmat Allah Swt.
b.Berusaha sekuat tenaga untuk menggapai keinginan.
c.Menerima ketentuan Allah Swt. dengan ikhlas setelah usaha dilakukan dengan maksimal.
d.Mengingat dan memikirkan nikmat yang dikaruniakan Allah Swt.
kepada kita.
Perilaku qanaah akan membawa kita mudah meraih kesuksesan.
Orang yang qanaah bersikap wajar dalam menghadapi sesuatu, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Ia tidak mau larut dalam kesedihan ataupun lalai dalam kegembiraan. Berperilaku qanaah dalam
keseharian perlu diterapkan pada saat mendapatkan rezeki, ditimpa musibah, meraih prestasi, atau mendapatkan kegagalan.
D.Sabar
1.Pengertian dan Contoh Sabar
Sabar artinya menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan,
baik dalam menemukan sesuatu yang tidak dingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Menurut al-Gazali, sabar berarti suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama. Kesabaran mutlak diperlukan dalam menghadapi kehidupan di dunia. Hal ini karena hidup tidak lepas dari kenyataan bahwa setiap orang selalu bersenTuhan dengan nikmat dan cobaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai keadaan yang menuntut kita bersikap dengan tepat. Adakalanya kita dihadapkan dengan masalah hidup. Sakit yang tidak kunjung sembuh, ingin sepeda motor tetapi tidak memiliki cukup uang untuk membelinya, atau masalah lain yang tidak mengenakkan hati. Adakalanya pula kita
dihadapkan pada beratnya ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, saat terlelap tidur harus bangun untuk salat Subuh. Semua keadaan ini menuntut sikap yang tepat untuk menghadapinya.
2.Berperilaku Sabar dalam Keseharian
Sabar merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan perilaku sabar dalam kehidupan
menyangkut dua hal sebagai berikut.
a.Sabar dalam Menghadapi Cobaan Hidup
Kata cobaan hidup sering ditujukan pada kondisi saat kita merasa
tidak nyaman dengan kondisi itu. Cobaan yang datang bisa berupa
bencana banjir, tanah longsor, sakit, kematian, kemiskinan, dan
beberapa contoh lainnya. Dalam keadaan seperti ini, kesabaran
merupakan kunci untuk menghadapinya. Berkaitan dengan perilaku
sabar Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Wa lanabluwannakum bisyai’im minal-khaufi wal-ju’i wa naqsim
minal-amwali wal-anfusi was-samarat(i), wa basysyiris-sabirin(a).
Allazina iza asabathum musibah(tun), qalu inna lillahi wa inna ilaihi
raji‘un(a).
Artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
berkata ”Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun” (sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (Q.S. al-Baqarah
[2]: 155–156)
b.Sabar dalam Menjalankan Ketaatan kepada Allah Swt.
Melaksanakan perintah Allah Swt. dan rasul-Nya bukan hal yang
mudah dan di sinilah kesabaran diperlukan. Misalnya, untuk
menjalankan perintah zakat kita harus bersabar karena godaan untuk tidak mengeluarkan harta dan berbagi dengan orang lain akan muncul. Selain dalam menjalankan perintah Allah Swt., kita harus sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan. Kemaksiatan sering muncul sebagai kenikmatan dunia dan tidak jarang kita tergoda untuk mencicipinya. Padahal di balik maksiat itu terdapat bahaya yang mengancam kebaikan kita sebagai manusia. Oleh karena itu, Allah Swt. melarang kita berbuat maksiat. Di sinilah kesabaran diperlukan.
1.Tawadu artinya sikap rendah hati. Tawadu merupakan sikap seseorang yang tidak
ingin menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada pada dirinya.
2.Taat secara bahasa berarti mengikuti atau menuruti.
3.Tiga objek ketaatan dalam Islam sebagai berikut.
a.Ketaatan kepada Allah Swt.
b.Keta

5.PENGERTIAN TAAT

1. Pengertian & Contoh Taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta’at. Kata ini mempunyai makna
mengikuti atau menuruti. Secara istilah taat berarti mengikuti &
menuruti kemauan atau perintah dari luar diri kita. Dgn kata lain,
taat artinya tunduk, taat ketika kita mendapat perintah atau larangan
utk dihindari. Contoh tingkah laku taat akan ditemukan dalam uraian berikut. Zahra
duduk di kelas VII SMP Bina Mulia. Sbg seorang muslim, Zahra menunaikan
salat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadan, & puasa sunah. Tak lupa
tiap-tiap hri Jumat Zahra mempunyai agenda teratur yakni bersedekah. Zahra
melakukannya dgn ikhlas tanpa berharap pujian dari sahabat atau orang
tuanya. Sikap yg ditunjukkan oleh Zahra termasuk juga type tingkah laku taat.
Zahra menaati perintah Allah Swt. & Rasul-Nya. Tingkah Laku Zahra
hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Gimana trik
mengaplikasikan perilaku taat dalam keseharian? Simaklah perincian berikut
buat mengetahuinya.

2. Berperilaku Taat dalam Keseharian

Mempunyai sifat taat dapat memberikan akibat yg baik bagi pemiliknya.
bila tiap-tiap orang sudah mendalami tujuan sikap ini, dia bakal menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dgn begitu, bisa dipastikan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, & bernegara bakal terjadi dgn harmonis.

a. Ketaatan pada Allah Swt.
Ketaatan pada Allah menempati posisi ketaatan paling atas.
Sbg seorang muslim, tiada satu pula didunia ini yg akan
mengalahkan ketaatan kita pada Allah Swt. Saat Allah Swt.
berharap sesuatu dari kita, kita mesti Menaati-Nya. Inilah
makna keislaman kita terhadap Allah Swt. Menunaikan perintah
Allah Swt. & menjauhi Larangan-Nya ialah kiat
menunjukkan ketaatan pada Allah Swt. Contohnya, menunaikan
salat, membayar zakat, & menunaikan ibadah haji.

b. Ketaatan pada Nabi Muhammad saw.
Ketaatan pada rasul memiliki posisi sejajar bersama ketaatan
pada Allah Swt. Kenapa begitu? faktor ini karena apa pun yg
di sampaikan, dilakukan, juga di inginkan Rasulullah saw. adalah
wahyu dari Allah Swt. Pada waktu yg sama, Allah Swt. selalu
menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yg dilakukan
ia. Sedikit saja dirinya bergeser dari kebenaran, Allah Swt. langsung
mengingatkannya. Dgn adanya penjagaan Allah Swt. ini
Rasulullah jadi seseorang yg maksum atau terjaga dari kesalahan.
Bersama kedudukannya yg sedemikian spesial, Allah Swt.
menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yg terhormat dalam
ketaatan satu orang muslim. Allah menyebutkan bahwa menaati
Rasulullah sama bersama menaati Allah Swt. Dgn begitu,
ketaatan terhadap Rasulullah saw. adalah prioritas yg sama
dgn ketaatan pada Allah Swt. Meski demikian, kita tak boleh
punya anggapan Rasulullah saw. sejajar dgn kedudukan Allah Swt.
sbg Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dgn Allah Swt.
juga sebagai Tuhan yaitu perbuatan kemusyrikan sebab Rasulullah
hanyalah manusia biasa yg dikasih wahyu oleh Allah Swt. Menaati
perintah Allah Swt. & menjauhi Larangan-Nya berarti menaati RasulNya.
Hal ini lantaran perintah rasul berarti perintah Allah Swt.

c. Ketaatan pada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ke3 yaitu taat terhadap ulil amri. Sebagian
ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas kepada pemerintah di
negeri kita berada. Oleh sebab itu, kita pun mesti patuh kepada bermacam macam
peraturan yg dikeluarkan oleh pemerintah. Seluruh peraturan itu
disusun buat menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagian ulama yg lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka
tak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, namun segala
factor atau aturan atau system yg ada disekitar & terkait dgn
kita. Oleh sebab itu, tunduk terhadap ulil amri dapat diartikan juga sebagai
taat terhadap ortu, patuh kepada aturan penduduk, taat kepada norma
yg berlaku sampai taat terhadap janji kita kepada sahabat.
Ketaatan pada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat
tertentu itu ialah tak boleh bertentangan dgn aturan Allah
Swt. & Rasul-Nya. Disaat bertentangan dgn aturan Allah Swt.
& Rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan.
Kita pun dianjurkan utk bersikap taat pada guru. Ketaatan
pada guru ditunjukkan dgn mematuhi perintahnya, menghormati,
& bersikap peduli. Kita patuhi perintah & tugas yg
guru berikan pada kita, baik itu tugas sekolah ataupun tugas luar.
Kita juga wajib menghormatinya, contohnya dgn bicara &
bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli pada guru bisa
ditunjukkan dgn selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya,
& berbuat sesuatu yg menyenangkan hatinya. 

6.CONTOH SIKAP TAAT KEPADA RASUL

Dan barikut ini  contoh perilaku beriman kepada Rasul Allah swt




1. Jujur dalam segala perbuatan

2. Berkata baik dan benar kepada siapa saja dan apabila tidak bisa berkata baik, maka lebih baik diam.

3. Melaksanakan amanah dari orang tua, amanah dari guru, amanah dari orang lain, maupun amanah agama.

4. Berusaha sekuat tenaga untuk berjuang, menegakkan kebenaran dan berjuang untuk mencapai kesuksessan degan penuh kesadaran dan semangat mencari Ridha Allah swt.

5. Gemar menuntut ilmu pengetahuan agar hidupnya berkualitas

6. Gemar membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw

7. Tidak mengingkari janji

8,  Melaksanakan atau menaati risalah yang telah disampaikan oleh para rasul.

7.PENGERTIAN TAWADU DALAM SALAT

PENGERTIAN SALAT

Salat merupakan salah satu perintah Allah Swt. dan rasul-Nya yang harus kita taati. Menunaikan salat berarti menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya.Taat merupakan salah satu perilaku terpuji yang patut dimiliki oleh muslim. Dalam bab ini kita akan mempelajari beberapa perilaku terpuji dan salah satunya adalah taat. Mari kita simak uraian dalam bab ini.

A.Tawadu
1.Pengertian dan Contoh Tawadu
Tawadu artinya sikap rendah hati. Sikap ini merupakan sikap
seseorang yang tidak ingin menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada pada dirinya. Kebaikan yang dikaruniakan Allah Swt. kepadanya baik berupa harta, kepandaian, kecantikan fisik, dan beragam karunia Allah Swt. lainnya tidak membuat dirinya lupa. Orang yang bersikap tawadu senantiasa ingat bahwa semua yang ada padanya adalah milik Allah Swt. semata. Oleh karena itu, seorang yang tawadu tidak akan menghina orang lain dengan apa pun yang diamanatkan Allah Swt. kepadanya. Cara bicara orang yang tawadu senantiasa lembut dan merendah
sekaligus memiliki rasa percaya diri yang kuat. Ia selalu berusaha berbuat yang terbaik tanpa ingin kebaikannya diketahui orang lain. Ia lebih suka menyampaikan kebaikan orang lain meskipun kebaikannya jauh lebih banyak. Tidak tersinggung apalagi
marah saat orang lain menyampaikan keburukannya kepadanya. Istigfar menghiasi bibirnya jika ada kritikan kepadanya. Bukan sebagai pemanis bibir, melainkan muncul dari hati yang merasa lalai atau tidak berhati-hati sehingga ada salah yang tanpa
sengaja ia lakukan.Sikap di atas berbeda dari rasa rendah diri. Rasa rendah diri berasal dari ketidakmampuan memandang dirinya dan orang lain dengan benar. Ketidakmampuan itu menyebabkan orang yang rendah diri salah menilai
dirinya sebagai tidak baik, tidak mampu, tidak tampan atau cantik, atau tidak pantas. Pada saat yang sama ia menilai orang lain sebagai sangat baik, sangat pandai, lebih tampan atau cantik, dan lebih pantas untuk sesuatu hal. Oleh karena itu, orang yang salah menilai diri cenderung merasa minder, tidak mampu, dan tidak percaya diri. Selain berbeda dengan rendah diri, sikap tawadu merupakan kebalikan dengan sikap sombong. Sikap sombong muncul dari kesalahan menilai diri sebagai lebih baik,
lebih mampu, lebih kaya, atau rasa lebih lainnya. Orang yang sombong merasa bahwa kelebihan yang ada padanya semata merupakan hasil kerja yang ia lakukan. Ia tidak melihat kehadiran Allah Swt. dalam kehidupan- nya. Dengan pandangan seperti itu, wajar jika orang yang sombong senang membandingkan dirinya dengan orang lain. Saat ia melihat orang lain lebih dari dirinya, ia merasa iri dan berbuat dengki. Sebaliknya, saat ia menemukan orang yang ia rasa lebih rendah darinya, ia merasa tinggi
hati dan merendahkan orang lain. Sombong merupakan sikap tercela yang harus kita jauhi. Selain mencela sikap sombong, Allah Swt. juga memberikan anjuran kepada kita untuk bersikap tawadu. Salah satu anjuran Allah Swt. itu terdapat dalam Surah Luqman [31] ayat 19.
Waqsid fi masyyika wagdud min sautik(a), inna ankaral-aswati lasautul hamir(i)..
Artinya: Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S.Lugman [31]: 19)
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lain juga banyak ditemukan perintah untuk merendahkan diri. Kita dianjurkan untuk bertawadu dan menjauhi sikap sombong, meskipun memiliki harta kekayaan, keturunan, atau kedudukan yang tinggi (Husaini A. Majid Hasyim. 2005. Halaman 415).
Contoh perilaku tawadu dapat ditemukan dalam uraian berikut.
Ahmad seorang anak yang cerdas dan senantiasa menjadi juara kelas. Ahmad tidak merasa sombong atau tinggi hati karena kecerdasannya. Ia senantiasa membantu teman-temannya dengan belajar kelompok. Ia merasa bahwa kecerdasannya merupakan karunia Allah Swt. yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Sikap Ahmad dikategorikan sebagai perilaku tawadu. Ia tidak merasa sombong atas karunia kecerdasan. Justru ia merasa bahwa ilmu dan kecerdasannya belum apa-apa dibanding ilmu Allah Swt. Oleh karena itu, ia tidak tinggi hati dan memanfaatkan kecerdasannya untuk membantu teman-temannya.
2.Berperilaku Tawadu dalam Keseharian
Sebagai sikap yang baik, sikap tawadu tentu juga membawa akibat
yang baik. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang artinya, ”Barang siapa bersikap tawadu karena mencari rida Allah Swt. Allah akan meninggikan derajatnya. Ia akan menganggap dirinya tiada berharga namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Sebaliknya, barang siapa menyombongkan diri, Allah akan menghinakan dirinya. Ia menganggap dirinya
terhormat padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina . . . .”
Tawadu merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tawadu akan muncul dengan membiasakan
perilaku-perilaku terpuji. Di antara perilaku terpuji yang dapat
menimbulkan tawadu sebagai berikut.
a.Menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan.
b.Merasa cukup dengan karunia Allah Swt.
c.Menyadari bahwa hanya Allah Swt. yang pantas untuk sombong.
d.Menyadari kelemahan manusia.
B.Taat
1.Pengertian dan Contoh Taat
Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta’at. Kata ini memiliki makna
. mengikuti atau menuruti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan
menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan untuk dihindari.
Contoh perilaku taat dapat ditemukan dalam uraian berikut. Zahra
duduk di kelas VII SMP Bina Mulia. Sebagai seorang muslim, Zahra menunaikan salat tepat waktu, menunaikan puasa Ramadan, dan puasa sunah. Tidak lupa setiap hari Jumat Zahra memiliki agenda rutin yaitu bersedekah. Zahra melakukannya dengan ikhlas tanpa menginginkan pujian dari teman atau orang
tuanya.
Sikap yang ditunjukkan oleh Zahra termasuk kategori perilaku taat.
Zahra menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Perilaku Zahra
hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menerapkan perilaku taat dalam keseharian? Simaklah uraian berikut untuk mengetahuinya.
2.Berperilaku Taat dalam Keseharian
Memiliki sifat taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, ia akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.
Dalam Islam terdapat tiga tingkatan objek ketaatan. Ketiganya adalah Allah Swt., Rasulullah saw., dan ulil amri. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an
-Surah an-Nisa’ [4] ayat 59.
- - - - -
Ya ayyuhal-lazina amanu ati‘ullaha wa ati‘ur-rasula wa ulil-amri minkum
. .
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul -(Muhammad saw), dan ulil amri di antara kamu . . .
(Q.S. an-Nisa’[4]: 59)
Dalam ayat di atas dengan jelas Allah Swt. memberitahukan tiga objek ketaatan manusia. Islam menuntut untuk ketaatan kepada ketiganya dengan model yang berbeda. Penerapan ketaatan dalam kehidupan dapat dilakukan dengan mengacu pada kandungan ayat di atas.
a.Ketaatan kepada Allah Swt.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi.
Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt. menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah makna keislaman kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara
menunjukkan ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, menunaikan
salat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.
b.Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.
Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan
kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini karena apa pun yang
disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. merupakan wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan beliau. Sedikit saja beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan. Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Rasulullah saw. merupakan prioritas yang sama dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt. sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt.
sebagai Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah
hanyalah manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati
perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya berarti menaati rasulNya. Hal ini karena perintah rasul berarti perintah Allah Swt.
c.Ketaatan kepada Ulil Amri
Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian
ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus taat pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada orang tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat pada janji kita kepada teman. Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak boleh bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan. Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas yang guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.Kita juga wajib menghormatinya, misalnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru dapat ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya,
dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.
C.Qanaah
1.Pengertian dan Contoh Qanaah
Qanaah merupakan sikap rela menerima atau merasa cukup dengan apa yang didapat serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan seseorang berupa sikap rela menerima keputusan Allah Swt. yang berlaku bagi dirinya. Sikap ini muncul bukan dari sikap pasif menunggu tanpa berbuat yang terbaik. Sikap ini muncul dari keyakinan yang kuat kepada Allah Swt. setelah berusaha sebaik mungkin. Orang yang memiliki sikap qanaah sadar bahwa untuk mencapai suatu keinginan, harus dilakukan dengan usaha. Usaha yang dilakukan
pun bukan sekadar berusaha tanpa perencanaan dan kesungguhan. Ketika hasil dari usaha tersebut belum sesuai dengan keinginan, orang yang qanaah menerimanya dengan ikhlas, rida, dan lapang dada.
Misalnya, ketika menghadapi ulangan kalian telah belajar sungguh-
sungguh dan berdoa serta bertawakal kepada Allah Swt. Akan tetapi, hasil ulangan tersebut tidak sesuai dengan keinginan. Kita harus menerimanya dengan ikhlas. Sikap qanaah terkait erat dengan sikap syukur kepada Allah Swt. Perbedaannya sikap qanaah lebih menekankan rasa rela menerima
ketentuan Allah swt, sementara syukur lebih menekankan rasa terima kasih dan harapan kepada Allah Swt. Kedua sikap ini berjalan beriringan dalam setiap kejadian. Misalnya dalam masalah rezeki. Perbedaan dalam masalah rezeki menuntut setiap orang untuk melatih sikap qanaah dan sekaligus syukur. Bagi mereka yang berlapang rezeki, sikap qanaah ditunjukkan dengan hidup sederhana dan bersyukur dengan cara berbagi karunia Allah Swt. kepada saudara yang masih kekurangan. Bagi mereka yang bersempit rezeki, sikap qanaah muncul dengan rasa rela menerima keadaan yang diberikan Allah Swt. dan bersyukur dengan berusaha lebih keras lagi menyongsong karunia-Nya. Contoh qanaah dapat ditemukan dalam uraian berikut. Arif hendak mengikuti lomba badminton antarsekolah. Oleh karena itu, ia berlatih keras dan tidak lupa memohon keberhasilan usahanya. Sewaktu pertandingan berlangsung Arif berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan. Dia mengeluarkan seluruh kemampuannya, tetapi apa daya dia harus kalah. Kekalahan tersebut diterima dengan lapang dada dan ikhlas.
2.Berperilaku Qanaah dalam Keseharian
Perilaku qanaah harus diteladani kemudian diterapkan dalam
kehidupan. Qanaah merupakan perilaku terpuji yang membawa banyak manfaat bagi kehidupan. Perilaku qanaah dapat diterapkan dengan melakukan hal-hal berikut.
a.Bersyukur terhadap nikmat Allah Swt.
b.Berusaha sekuat tenaga untuk menggapai keinginan.
c.Menerima ketentuan Allah Swt. dengan ikhlas setelah usaha dilakukan dengan maksimal.
d.Mengingat dan memikirkan nikmat yang dikaruniakan Allah Swt.
kepada kita.
Perilaku qanaah akan membawa kita mudah meraih kesuksesan.
Orang yang qanaah bersikap wajar dalam menghadapi sesuatu, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Ia tidak mau larut dalam kesedihan ataupun lalai dalam kegembiraan. Berperilaku qanaah dalam
keseharian perlu diterapkan pada saat mendapatkan rezeki, ditimpa musibah, meraih prestasi, atau mendapatkan kegagalan.
D.Sabar
1.Pengertian dan Contoh Sabar
Sabar artinya menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan,
baik dalam menemukan sesuatu yang tidak dingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Menurut al-Gazali, sabar berarti suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama. Kesabaran mutlak diperlukan dalam menghadapi kehidupan di dunia. Hal ini karena hidup tidak lepas dari kenyataan bahwa setiap orang selalu bersenTuhan dengan nikmat dan cobaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai keadaan yang menuntut kita bersikap dengan tepat. Adakalanya kita dihadapkan dengan masalah hidup. Sakit yang tidak kunjung sembuh, ingin sepeda motor tetapi tidak memiliki cukup uang untuk membelinya, atau masalah lain yang tidak mengenakkan hati. Adakalanya pula kita
dihadapkan pada beratnya ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, saat terlelap tidur harus bangun untuk salat Subuh. Semua keadaan ini menuntut sikap yang tepat untuk menghadapinya.
2.Berperilaku Sabar dalam Keseharian
Sabar merupakan perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan perilaku sabar dalam kehidupan
menyangkut dua hal sebagai berikut.
a.Sabar dalam Menghadapi Cobaan Hidup
Kata cobaan hidup sering ditujukan pada kondisi saat kita merasa
tidak nyaman dengan kondisi itu. Cobaan yang datang bisa berupa
bencana banjir, tanah longsor, sakit, kematian, kemiskinan, dan
beberapa contoh lainnya. Dalam keadaan seperti ini, kesabaran
merupakan kunci untuk menghadapinya. Berkaitan dengan perilaku
sabar Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Wa lanabluwannakum bisyai’im minal-khaufi wal-ju’i wa naqsim
minal-amwali wal-anfusi was-samarat(i), wa basysyiris-sabirin(a).
Allazina iza asabathum musibah(tun), qalu inna lillahi wa inna ilaihi
raji‘un(a).
Artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
berkata ”Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun” (sesungguhnya kami
milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (Q.S. al-Baqarah
[2]: 155–156)
b.Sabar dalam Menjalankan Ketaatan kepada Allah Swt.
Melaksanakan perintah Allah Swt. dan rasul-Nya bukan hal yang
mudah dan di sinilah kesabaran diperlukan. Misalnya, untuk
menjalankan perintah zakat kita harus bersabar karena godaan untuk tidak mengeluarkan harta dan berbagi dengan orang lain akan muncul. Selain dalam menjalankan perintah Allah Swt., kita harus sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan. Kemaksiatan sering muncul sebagai kenikmatan dunia dan tidak jarang kita tergoda untuk mencicipinya. Padahal di balik maksiat itu terdapat bahaya yang mengancam kebaikan kita sebagai manusia. Oleh karena itu, Allah Swt. melarang kita berbuat maksiat. Di sinilah kesabaran diperlukan.

1.Tawadu artinya sikap rendah hati. Tawadu merupakan sikap seseorang yang tidak
ingin menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada pada dirinya.
2.Taat secara bahasa berarti mengikuti atau menuruti.
3.Tiga objek ketaatan dalam Islam sebagai berikut.
a.Ketaatan kepada Allah Swt.
b.Keta

8.AYAT TENTANG TAAT


PENGERTIAN TAAT

Taat secara bahasa artinya senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah taat adalah tunduk dan patuh, baik terhadap perintah Allah Swt, Rasul-Nya, maupun ulil amri (pemimpin). Perilaku taat ini mungkin sering kita langgar, contoh sederhana apakah kita sudah melakukan shalat 5 fardhu?, apakah kita sudah taat kepada Allah?, bahkan terkadang mungkin kita juga masih belum taat terhadap diri sendiri.




Q.S. An - Nisa [4] : 59

Artinya :
”Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” ( Q.S. An - Nisa [4] : 59 ).

Sudah dijelaskan dari ayat tersebut bahwa taat dibagi menjadi 3.

1. Taat Kepada Allah S.W.T.

Taat kepada Allah S.W.T yaitu taat menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Berikut Firman Allah S.W.T :

Q.S. Ali Imran [3] : 32
Artinya :
"Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguh­nya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir." ( Q.S. Ali Imran [3] : 32 ).

2. Taat Kepada Rasul-Nya

Taat kepada Rasul yaitu setiap muslimin harus melaksanakan ajaran - ajaran yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW.

Q.S. At - Tagabun [64] : 12
Artinya :
Dan ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. ( Q.S. At - Tagabun [64] : 12 ).

3. Taat Kepada Ulil Amri ( Pemimpin )

Taat kepada Ulil Amri berarti setiap  umat muslim harus taat terhadap setiap pemimpinnya masing - masing selama masih dalam jalur kebenaran dan diridhai Allah SWT dan tidak menyimpang dari ajaran Islam.

Contoh Perilaku Taat
  • Melaksanakan rukun iman.
  • Melaksanakan rukun islam.
  • Patuh terhadap segala perintah Allah S.W.T.
  • Patuh terhadap orang tua.
  • Patuh terhadap aturan - aturan atau hukum yang berlaku sesuai pemimpin atau daerah masing - masing.





9.SIKAP SABAR DAN IKLAS

Berikut beberapa bentuk sikap sabar dan ikhlas:

  1. Jadikan setiap permasalahan hidup sebagai tantangan dan ajang ujian kenaikan kelas. Allah swt sedang mempersiapkan kita menjadi pribadi yang lebih layak untuk menduduki posisi sosial yang lebih baik.
  2. Yakinilah bahwa kita sanggup untuk menghadapi sekaligus menyelesaikan setiap permasalahan. Bukankah Allah SWT telah berjanji tidak akan membebani permasalahan yang tidak sanggup kita pikul.
  3. Terimalah segala takdir dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, tentunya dengan tidak henti-hentinya berikhtiar, kewajiban kita hanyalah berusaha, hasil akhir, Allah SWT yang menentukan karena sang Maha Kuasa mengetahui secara pasti apa yang terbaik buat makhluknya.
  4. Selalu berfikiran dan bersikap positif dalam memandang segala permasalahan. Jika kita memancarkan energi positif maka lingkungan pun akan memberikan feedback positif kepada kita.
  5. Berdo’a-lah agar kita diberikan kesabaran dan kekuatan untuk bisa memikul sebesar-besarnya masalah dari pada terus-terusan meminta untuk dijauhkan dari masalah. Semakin kita terampil memecahkan permasalahan besar, semakin tinggi kualitas pribadi kita.

Perlu di ingat, kesabaran bukan berarti sikap diam dan menyerah, kesabaran merupakan bentuk manifestasi dari sikap tawaqal, ridlo dan justru pantang menyerah, Selama kita masih hidup selama itu pulalah kita harus bersabar dan ikhlas, batas kesabaran adalah sampai ke liang lahat. 

Rabu, 29 Maret 2017

10. PESAN NABI MUHAMMAD

PESAN NABI MUHAMAMAT SAW
Beliaati Allah (SWT), Dia akan memelihara keselamatan hidupmu, harta-bendamu, dan kehormatanmu sampai tiba saatnya Dia memanggilmu kembali kepada-Nya.”
Sampai disini, Nabi (SAW) bertanya kepada para jamaah, “Sudahkah aku tunaikan tugasku sebagai pembawa risalah kepada kalian? Wahai Allah, sudakah aku tunaikan tugas yang telah Engkau amanatkan kepadaku?” Semua yang hadir serentak menjawab, “Kami bersaksi bahwasanya engkau telah menunaikan tugas risalahmu kepada kami.”
Rasuullah (SAW) melanjutkan, “Lakukan apa yang aku wasiatkan kepada kalian. Aku minta kalian mengembalikan harta orang-orang yang dititipkan kepadamu dalam bentuk aslinya dan janganlah kalian secara sengaja mengkhianati amanat yang diserahkan kepada kalian. Janganlah kalian memberlakukan riba. Islam mengharamkan pungutan riba (bunga) yang dikenakan atas beda waktu pembayaran. Namun tidak mengapa bagi kalian untuk menerima pengembalian nilai okoknya.
Hanyalah riba yang diharamkan oleh Allah (SWT). Maka dari itu, aku tegaskan disini bahwa riba yang seharusnya diterima oleh pamanku Abbas (RA) ditiadakan dan menjadi kosong nilainya.”
“Camkanlah! Bahwa jika seseorang membunuh orang lain, maka si pembunuh haruslah diganjar hukuman mati. Namun, bila pembunuhan itu terjadi tanpa kesengajaan (berniat untuk) membunuh maka si pembunuh wajib membayar denda sejumlah seratus ekor onta.
Belia (SAW) melanjutkan, “Setan menjadi sangat berang mengetahui bahwa tak seorangpun yang tersisa lagi di tanah kalian, yang bersedia mendengar bisikannya, apalagi bersedia mengikuti ajakannya. Namun janganlah kalian lupa, setan akan selalu membuntuti kalian sepanjang waktu. Setan akan selalu berusaha membelokkan jalanmu menuju ararus selalu waspada untuk melindungi diri kalian sendiri dari setan. Bahkan kalian harus tetap waspada dalam urusan sekecil apapun, agar setan tak berpeluang melibatkan dirinya didalam urusanmu yang sepele, dalam rangka menghancurkan pijakan kalian dalam beragama.”
“Dengarlah, jangan berusaha memasukkan bulan biasa kedalam bulan suci. Hal itu tergolong bid’ah. Bulan-bulan Islam adalah sebagaimana yang telah Allah (SWT) sebutkan didalam Al-Quran. Ada dua-belas bulan didalam satu tahun, empat diantaranya adalah bulan-bulan suci, yakni bulan Rajab, Dzulqa’idah, Dzulhijah dan Muharram.”
“Sekarang, aku hendak menasehati kamu semua perihal perempuan (istri-istri)-mu. Mereka mempunyai hak atas diri kalian dan kalian pun memiliki hak atas mereka. Menjadi tugas kalianlah untuk melindungi kehormatan kalian dan tidak mengijinkan masuk ke dalam rumahmu orang-orang yang tak kamu sukai. Bilamana istri-istrimu tidak seksama dalam memenuhi kewajiban mereka terhadapmu, diperbolehkan bagimu memukulnya secara perlahan, bukan pukulan keras yang menyakitinya. Dan bila mereka telah memenuhi kewajibannya terhadap kalian secara patut, kalian wajib mencukupi mereka dengan makanan yang baik dan pakaian yang pantas. Aku nasehatkan kepada kalian, berlakulah lemah-lembut terhadap istri-istri kalian dan berbaik-hatilah serta penuh kasih-sayang terhadap mereka. Mereka adalah amanat Allah (SWT) kepada dirimu dan kamu diijinkan menikahi mereka sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah (SWT). Sekali lagi aku tegaskan, berhati-hatilah terhadap Allah (SWT) dan berlaku lembutlah terhadap istri-istri kalian. ”
Sampai disini, Nabi (SAW) bertanya,” Sudahkah aku tunaikan tugasku sebagai pembawa risalah kepada kalian? Wahai Allah, sudahkah aku tunaikan tugas yang telah Engkau amanatkan kepadaku?” Semua yang hadir pun serentak menjawab, “Kami bersaksi bahwasanya engkau telah menunaikan tugas risalahmu kepada kami.”
Beliau pun melanjutkan, “Simaklah baik-baik. Setiap Mukmin bersaudara sutu dengan yang lain didalam Islam. Berlakulah saling menghormati dan melindungi harta sesama kalian. Seorang mukmin diharamkan mengambil harta yang lain tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada pemiliknya. Perhatikanlah, janganlah kalian saling bunuh-membunuh sepeninggalku. Berpegang-teguhlah kalian semua pada tali Ukhuwah Islamiyah. Aku harus meninggalkan dunia ini, dan aku tinggalkan kepada kalian Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku sebagai pedoman bagi kalian. Dengan berpegang pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat.
“Dengarlah, Tuhan kalian adalah satu dan leluhur kalian pun satu. Kalian semua adalah anak-cucu Adam (AS). Sedangkan Adam (AS) telah diciptakan-Nya dari tanah. Maka, kalian semua pun juga sama-sama berasal dari tanah, maka tak seorang pun dari kalian lebih unggul/utama dari pada yang lain. Sesungguhnya, yang lebih utama diantara kalian dalam pandangan Allah (SWT) adalah yang paling taqwa kepada-Nya. Dengan demikian tak seorang Arab pun yang boleh mengaku bahwa dirinya lebih utama daripada yang bukan orang Arab. Keutamaan seseorang diukur dari ketaatannya dan besarnya rasa takutnya kepada Tuhan.”
Sampai disini Rasulullah (SAW) kembali mengulang pertanyaan yang sama, apakah beliau telah menyampaikan risalah kepada mereka, dan para jamaah pun serempak memberikan jawaban yang sama pula, bahwa beliau (SAW) telah menyampaikan semuanya kepada mereka.
Selanjutnya, Nabi (SAW) menambahkan, “Aku minta kepada kalian yang hari ini menyimak pesan-pesanku agar menyampaikan pesan-pesan ini kepada mereka yang pada hari ini tidak hadir disini, dengan demikian maka pesan-pesanku ini akan sampai kepada seluruh Ummat Muslim.” “Wahai saudara-saudaraku dalam Islam yang kucintai, Allah (SWT) telah menetapkan bagian warisan yang berhak diterima oleh setiap ahli waris. Maka, janganlah kalian membuat wasiat untuk bagian orang lain yang lebih besar dari bagian yang diterima oleh para ahli waris, yang mana Allah (SWT) telah menetapkan besarannya. Jika kamu ingin mewasiatkan harta kepada seorang asing, yang bisa saja tak memiliki hubungan kekerabatan dengan mu, janganlah bagian untuknya melebihi dari sepertiga dari nilai harta (warisan)-mu.”
Rasulullah (SAW) menutup khutbah beliau dengan Assalaamu’alaikum (semoga Allah (SWT) melimpahkan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan atas diri kamu sekalian). Sesudah Rasulullah (SAW) menutup khutbah beliau, Allah (SWT) pun menurunkan wahyu-Nya. Wahyu itu adalah ayat ke-3 dari
(Surah Al-Ma’idah)
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Iklan

1. CARA MENDIDIK ANAK ALA RASUL

1.  cara mendidik anak ala rasul saw Oleh : lauraimanda      Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pa...